mungkin inikah jalannya?
apakah kinilah saatnya?
ada sesuatu menantimu di ujung sana?
lagipula..
siapa sang agung yang mampu membaca
apakah akan ada pertemuan di antara kita?
aku ingin melepaskan nafas yang sangat panjang
aku lelah ...
seandainya ... seandainya kau itu benar ada
[a monolog]
aku tidak sekaliber 'sm' yang piawai mengisi parodi
dalam koran beken di republik ini. tapi aku
tergelitik tentang apa yang terjadi, memulai
sebuah topik dengan pertanyaan,
"faktor apakah sebenarnya yang dapat membuat kita
bertahan dalam menghadapi hempasan gelombang
yang seakan tiada surut?"
coba kita andaikan dalam segala situasi, entah itu
pekerjaan, entah itu dalam hubungan suami istri,
hubungan persaudaraan, pertemanan, segala hubungan.
sejak perekonomian bule sana berdampak pada hampir
seluruh perusahaan asing di negeri ini, segala cara
diusahakan agar tidak pailit. semua berusaha
mengurangi pengeluaran karena mencari klien baru
semakin susah, bahkan ada yang memotong gaji karyawan
sesuai dengan konsensus dan kesepakatan, atau jalan
terakhir ya phk.
sementara itu, kinerja harus semakin ditingkatkan.
karena turunnya perekonomian tidak berarti persaingan
selesai. metrics semakin banyak dan ketat. akibatnya
satu per satu orang-orang yang berkualitaspun
berguguran, tidak hanya karyawan biasa, bahkan para
petinggi itupun memilih meninggalkan perusahaan yang
berpuluh tahun berdampingan hidup dengannya. mengapa
bisa demikian? sementara itu, para level senior
menengah yang masih bertahan, apakah mereka bertahan
karena loyal ataukah sedang menunggu kesempatan lain
yang belum tiba? jikapun loyal, loyalitas seperti
apa sebenarnya? itu kalo kita bicara pekerjaan.
kemudian kita lihat perseteruan dalam persaudaraan.
ada yang bisa dengan cepat berbaikan kembali,
ada yang bahkan tidak bertegur sapa hingga akhir hayat.
bahkan syukur-syukur kalo masih mo saling nyamperin
sebelum dibawa ke liang lahat.
bagaimana dengan hubungan persahabatan? demi sebuah
miskomunikasi, dengan dasar over fed-up dan tidak
sanggup lagi mendengar kisah yang sama tanpa perubahan,
tidak ingin terbeban lebih jauh, maka sebuah
persahabatan juga bisa berakhir begitu saja.
lalu apa yang terjadi dalam perceraian suami istri?
mengapa sesuatu yang sakral itu bisa terputus begitu
saja? aku quote tulisan mekarbunga:
Cintakan membawamu kembali disini...
Cintakan menuntunmu untuk menyatukan perbedaan
Cintakan menyalakan kembali api yang telah mengecil
Cintakan mendinginkan apabila ruangan menjadi
panas bergelora
Karena cinta adalah untuk cinta
Cinta tidak pernah membunuh cinta
Cinta tidak pernah saling menyakiti..
Karena cinta terlahir dari cinta dan untuk cinta
bukan semua perpisahan itu terjadi karena lenyapnya
cinta? jika cinta sebagai lentera penuntun itupun
redup dan hilang, bagaimana si cinta menemukan jalan
pulang kembali ke rumah?
aku mengandaikan sesuatu yang jauh lebih netral.
contoh seperti ilustrasi pertama, soal pekerjaan.
kita bersama-sama puluhan tahun dalam perusahaan yang
sama, pasang surut pun sudah dilalui barengan. lalu
satu per satu lenyap. yang masih bertahan itukah loyal?
loyal untuk siapa?
aku mengandaikan diri sebagai salah satu dari mereka
yang bertahan. aku berhitung sejenak, masih ada
berapakah dari kami yang masih bertahan di sini?
jika kami masih bisa bersama dan saling menguatkan,
barangkali waktu berjalan begitu susah tidak akan
terlalu terasa. biarpun waktu itu panjang, selama
masih bergandeng tangan, mungkin waktu itu akan
terasa lebih ringan. barangkali masa sulit ini akan
segera berlalu. itu harapannya.
tapi jika harapan itupun jadi terlalu muluk, suasana
tidak kunjung membaik. berapa dari kami lagi yang
masih ada? apakah aku akan menjadi yang terakhir
di sini?
jadi, secara keseluruhan, setiap orang mempunyai
pijakan masing-masing sebagai dasar untuk mempertahankan
sebuah hubungan atau realitas.
yang jelas menurutku, it takes two to tango.
kekuatan dan keindahan dari hubungan kebersamaan
itulah yang seharusnya bisa menjadi bonding ketika
perpisahan terbayang di pelupuk mata.
kalo kita ngantor saban hari hanya datang jeglekin
kartu absensi, sibuk sendiri, sore jeglek lagi trus
pulang - bagaimana bisa terjadi bonding dan bersatu
ketika terjadi phk besar-besaran?
ato sebuah hubungan yang bersakral dalam kertas
namun kenyataannya masing-masing miara hidup sendiri,
lantas bagaimana mereka bisa saling merasa kehilangan?
barangkali mereka lebih mampu menangis karena kehilangan
kebebasan hidupnya daripada kehilangan pasangannya.
relevansinya jika kita umpamakan dalam cinta,
mungkin itulah realita.. cinta bukanlah segalanya.
banyak yang bisa mengatakan, honeymoon is over.
tanyakanlah pada para pasangan yang awet hingga
kakek nenek. tidak ada lagi cinta, yang ada hanyalah
kakak adik yang saling mengasihi dan berbagi bersama.
hehehehe.. inget cerita kakek nenek yang makan dengan
berbagi gigi? mungkin itulah salah satu bonding
mereka saling membutuhkan hingga akhir hayatnya :)
:as far as my eyes can see
:there are shadows approaching me
:and to those i left behind:i wanted you to know
:you've always shared my deepest thoughts
:you follow where i go
:and oh when i'm old and wise
:bitter words mean little to me
:autumn winds will blow right through me
:and someday in the mist of time
:when they asked me if i knew you
:i'd smile and say you were a friend of mine
:and the sadness would be lifted from my eyes
:oh when i'm old and wise
~ old and wise ~ alan parson
jakarta, 19 aug 2010 05:16pm
~ hna
No comments:
Post a Comment