the grass is always greener on the other side of the fence?
saya awali dengan pertanyaan:
"apakah benar rumput tetangga itu lebih ijo?"
menilik sensitivitas forum di sini, saya awali dengan pernyataan bahwa apapun yang saya uraikan di sini adalah untuk sharing semata, tanpa keinginan untuk menyinggung gender apa pihak manapun. saya menghimbau agar pembaca dapat membaca selayaknya saya sharing sesuai dengan apa yang saya dapatkan,
yang tentunya subjektif menurut kuping saya hehehee..
kalimat itu sengaja saya tulis lengkap dengan
konotasinya di masyarakat. kalimat ini umum diaplikasikan
oleh para pria. saking seringnya, seakan kita maklum jika
ada yang komentar, 'ya, kan rumput tetangga selalu lebih
hijau bukan?' kalimat ini untuk mengatakan, wanita lain
itu tuh, lebih unggul dibandingkan wanitanya sendiri,
entah yang di rumah, ataupun yang sedang dipacarin.
seakan-akan wanita di manapun musti mengakui kalah
dibandingkan wanita lain di mata suami/pacarnya. hehehe..
trus kenapa tadi saya bilang tulisan ini subjektif menurut
kuping saya? saya ingin katakan di sini bahwa faktanya
pernyataan tersebut bisa dipatahkan jika logika berbicara.
kita baca sendiri komentar para pria di forum kita. saya
yakin jojo, david dan wiro menuliskan hal-hal yang
tidak bisa menerima pernyataan tersebut begitu saja.
plus, saya mengangkat topik ini setelah kuping saya
mendengar uraian pendeta yang bercerita dengan
lugas dan tuntas dalam lebih dari 100mb, 15 track rekaman
mp3 di ipod saya.
pendeta tsb memberikan sesi ini pada forum anak muda,
boleh dong ya ABG- Aku Baru Gocap- dikategorikan muda :)
nah, sesi ini disampaikan dalam bulan 'keluarga' di sebuah
komunitas gereja. sehingga si pendeta menamakan sesinya
'family ties'. eits, tunggu dulu, jangan-jangan udah pada
denger yah, pada hebat ngeresponsnya :D hmmm... lanjut?
banyak hal yang diuraikan tentang keluarga. tapi relevansi
topik yang ingin saya angkat di sini adalah prinsip untuk
suatu hubungan yang bisa dinikmati setiap pasangan
sesuai dengan kehendakNya. saya akan quote dari track 3,
yaitu:
segala sesuatu yang kita diamkan saja,
akan cenderung menurun kualitasnya.
contoh: taman yang kita punya, diamkan
saja. rumah yang baru kita bangun, diamkan
saja. real estate yang dibangun dan
didiamkan saja. apa yang terjadi?
untuk berada pada tingkatan yang sama,
perlu yang namanya perawatan. untuk
perawatan dibutuhkan biaya, waktu dan
tenaga. tidak banyak, tapi perlu teratur,
perlu rajin. taman itu supaya tetap dalam
kondisi yang sama, musti tiap hari dirawat,
disiram, dipotongi, dikasi pupuk, yang
lebih tinggi daripada yang lain perlu
dipotong, dlsb. rumah harus tiap hari
disapu, dipel. tidak perlu waktu terlalu
banyak, tidak perlu tenaga terlalu besar,
uang juga tidak perlu keluar banyak.
tetapi perlu rajin, perlu teratur.
kalau untuk meningkatkan, untuk membawa
sesuatu ke tingkat yang lebih tinggi, pada
kualitas yang lebih baik, maka diperlukan
kerja keras, kesungguhan, tenaga yang lebih
besar, waktu yang lebih banyak, dan sering
kali membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
kalau kita ingin taman kita lebih bagus
lagi, kita perlu membongkar bagian tertentu,
perlu meluangkan waktu, kerja lebih keras
dan keluar duit lebih banyak. begitupun
supaya rumah bisa lebih bagus lebih baik,
maka perlu keluar lebih banyak waktu,
tenaga dan uang untuk upgrade menjadi rumah
yang lebih baik.
jadi, segala sesuatu kalau kita diamkan, seiring dengan
berjalannya waktu, kualitasnya akan semakin menurun.
namun jika dirawat dan teratur, maka akan tetap pada
level yang sama. akan tetapi, sebuah hubungan tidak
diharapkan pada posisi yang tetap. dalam sesi tersebut
dikatakan bahwa janji Tuhan bukanlah sesuatu yang
tetap, melainkan bahwa kita akan dibawa dari satu
kemuliaan kepada kemuliaan lain yang lebih tinggi.
namun lebih tinggi itu tidak akan terjadi begitu saja,
perlu usaha yang lebih untuk mencapai tingkatan yang
lebih tinggi. ok, stop, kita tidak akan membahas
agama. balik ke topik.
coba kita bawa kondisi ini pada relationship. pada
pertanyaan rumput tadi. entah buat yang masih pacaran,
hubungan suami-istri maupun hubungan yang lain.
ada di manakah kita? dan akan ke manakah kita?
saya cukupkan hingga di sini. semoga sharing subjektif
ini memberikan warna yang positif buat semuanya.
source: family ties, pdt. jeffrey rachmat (jpcc)

No comments:
Post a Comment