Monday, February 27, 2006

* Something on EQ *


Saya punya cerita dari
teman SMA, orang biasa.
Suaminya pengusaha kaya,
berhasil, ngetop. Dia
harus kontrol proyek
di hutan. Sekali berangkat
3 bulan. Teman saya kesepian
dan akhirnya punya affair dengan penyelia
(karyawan) suaminya.
Komentar suaminya:
Saya masih bisa mentoleransi penyelewenganmu,

asal jangan di depan mataku dan jangan sampai
ketahuan.
Karyawan itu didepak, teman saya diceraikan.

Ungkapan 'if he's not yours, he'll never be yours
anyway.
'
ditujukan kepada kedua belah pihak.
Jika dia adalah istri, berperilakulah sebagai istri,
menunggu suaminya pulang, toh sudah tau usaha

suami sebelum nikah. Dan jika dia adalah suami,
berperilakulah sebagai seorang suami. Hubungan
itu disepakati oleh jabat tangan 2 orang. Dengan
sebelah tangan saja, tidak akan ada kesepakatan.
Jadi jika masing-masing tidak komit melaksanakan
tugas dan tanggungjawab terhadap partnernya,
memang hubungan itu sebenarnya tidak pernah ada.

They've never meant for each other anyway,
anyhow; she'll never be his and he'll never be hers.

Mengapa bisa jadi ekstrim kalau kedua belah pihak saling
membuat kejadian yang mengarah pada perpecahan? Artinya
mereka tidak punya apapun yang membuat mereka merasa
memiliki satu sama lain (bonding). Tanpa kelakuan dan
komitmen, apakah layak dipertahankan? Sampai di sini,
apakah kita masih bisa mempertanyakan ikhlas, mustahil,
rela dan pasrah.. rasanya semua perasaan itu sudah
habis terkubur dengan waktu.

Pernah ada yang quote Nauhsal:

Don't find love, let love find you. That's why it's called
falling in love because you don't force yourself to fall,
you just fall .

Ungkapan ini tidak salah, namun tidak sepenuhnya benar.

Dalam EQ, manusia merespons stimulus dengan value
pribadinya (note: =! value sosial).
Stimulus -> Jeda (masuk pertimbangan sesuai value)
-> Respons.
Stimulus temenku: bete, depresi, kesepian, kebutuhan,
perhatian, perlu pelampiasan iseng, penyaluran emosi.
Value: yang penting tidak kesepian, yang penting
tersalurkan, tidak peduli komitmen, tidak perlu

kesetiaan.
Respons: dapatkan seseorang atas value itu.
Stimulus karyawan: godaan dan undangan dari temenku
Value: hmm.. mulus dan sexy, kulit halus, bersih,
gak perlu bayar, pasti gak GO, aids, boleh juga.
Respons: makan aja, disodorin ini kok.


Ini adalah contoh yang bisa kita bolak balik.
Bisa kita coba ganti bahwa godaan justru datang
dari karyawannya. Bagaimana respons temenku,
harus berdasarkan value yang dimiliki. Artinya,
jika value ke dua orang itu tidak matching,
tidak akan terjadi perselingkuhan.

Saya sempat menyinggung 6 seconds, manusia memiliki
otak primitif dan otak berpikir. Stimulus akan diterima
otak primitif kemudian diteruskan ke otak berpikir. Di
antaranya akan melalui amygdala. Si Amyg ini akan
memproses dan mengirimkan signal ke otak berpikir
dengan pertimbangan value yang dimiliki.
Diyakini bahwa proses stimulus sampai otak berpikir
membuat kesimpulan sesuai value itu membutuhkan waktu
6 detik. Oleh sebab itu, teori Six Seconds mengajarkan
manusia melakukan jeda 6 detik sebelum merespons.

This is the story of El Lute
A man who was born to be hunted like a wild animal
Because he was poor
But he refused to accept his fate
And today his honor has been restored

...
He had only seen the dark side of life
The man they called El Lute
And he wanted a home just like you and like me
In a country where all would be free
And then freedom really came to his land
And also to El Lute
Now he walks in the light of a sunny new day
The man they called El Lute

~ El Lute .. Boney M

Cerita El Lute di Spanyol ini menceritakan paradigma.
Henry David Thoreau bilang: "Seribu kali Anda menebas
daun-daun kejahatan, sekali waktu Anda pasti mengenai
akarnya." Jika kita terbiasa berniat jahat, dan jika
kita ingin berubah, cobalah dari hal paling kecil,
niat jahat Anda yang paling besarpun akan hilang
bersamanya. Katanya: 'mula-mula kita membentuk
kebiasaan kita, kemudian kebiasaan kita akan membentuk
diri kita'.

Anda tentu tahu Aa Gym. Tahukah Anda bahwa sebelumnya
dia adalah orang yang sangat susah tersenyum? Bagaimana
dia bisa tampil baik seperti sekarang? Latihan 3 bulan
di depan cermin, belajar tersenyum! Dia belajar menjadi
manusia proaktif, manusia yang berkelakuan sesuai dengan
nilai yang dimilikinya. Jika kita mempunyai nilai/value
positif, semua orang akan melihat. Demikianpun sebalik-
nya. Semua nilai yang kita miliki, akan kelihatan nyata
dalam tindakan. Ketika semua jadi terbiasa dan masuk
dalam karakter manusia, maka itulah 'nasib'nya.
Contoh teman saya, dia kini mempunyai mungkin hanya 1
suami, dan 2 atau 3 ex suami. Jadi bagaimana kita
memberi pola dari pikirannya yang kemudian jadi
nasibnya?

Watch your thoughts, they become words.
Watch your words, they become actions.
Watch your actions, they become habits.
Watch your habits, they become character.
Watch your character, for it becomes your destiny.


Himbauan ini diambil dari tulisan Samuel Smiles:
Sow a thought and you reap an action;
Sow an action and you reap a habit;
Sow a habit and you reap a character;
Sow a character and you reap a destiny.


Anda kenal Gandhi? Mandela? Atau Sr. Theresa?
Mereka adalah contoh tokoh transisi. Tokoh transisi
adalah mereka yang secara konsisten berbuat sesuatu
untuk menghentikan penyebaran perilaku negatif kepada
orang lain. Mereka ini mempunyai komitmen yang tinggi
atas nilai pribadi dan menghentikan penyebaran itu dengan
nilai positif yang dimilikinya.

Biarkan tindakan saya pertama setiap pagi memicu
Terwujudnya resolusi ini:
Saya tidak akan takut pada siapapun di dunia ini.
Saya hanya takut pada Tuhan.
Saya tak akan berbuat buruk pada siapapun.
Saya tak akan menyerah pada ketidakadilan dari siapapun.
Saya akan mengalahkan kepalsuan dengan kebenaran.
Dan demi menolak kepalsuan, saya siap memikul segala penderitaan.

:Resolusi .. Mahatma Gandhi

Mungkin sebagai permulaan, cukuplah kita berlaku jadi
manusia transisi, mulai dari kita sendiri.
"Adalah lebih mulia memberikan diri Anda sepenuhnya kepada
seorang individu ketimbang bekerja dengan rajin untuk
menyelamatkan orang banyak." -- "It is more noble to give
yourself completely to one individual than to labor diligently
for the salvation of the masses."
... Dag Hammarskjold

Jika saya tidak mampu mendefinisikan nilai hidupku sendiri,
apakah orang lain dapat melakukannya buat saya?
Jika saya tidak bisa mengubah kelakuanku sendiri, bagaimana
mengharapkan orang lain untuk berubah?
Setidaknya saya telah berusaha, saya tahu usaha saya sudah
maksimal sesuai dengan nilai yang saya miliki. Jika menuju
jalan yang saya anggap benar itupun ternyata masih keliru,
saya hanya perlu tahu, saya telah melakukan yang terbaik
menurut kemampuanku.

I do the best I know how,
the very best I can;
and I mean to keep on doing it to the end.
If the end brings me out all right,
what is said against me will not amount to anything.
If the end brings me out all wrong,
ten angels swearing I was right would make no difference.

:Abraham Lincoln

Saya hanya tahu cara menjadi manusia yang baik,
dan saya yakin, seluruh alam semesta akan berkolaborasi
dan memberikan yang terbaik buat saya.
I mean to be right,
and universe will provide me the best..


Jika nilai yang kuanut adalah senandung rohani
maka dalam jeda-ku, aku akan bernyanyi:
Satu perkara,
yang kusimpan dalam hati
Tiada sesuatu kan terjadi,
tanpa Allah peduli
Allah mengerti
Allah peduli
Segala persoalan
Yang kita hadapi
Tak akan pernah
Dibiarkannya kubergumul sendiri
Sbab Allah mengerti
Dibukakannya jalanku
Sbab Allah mengerti..


Saya sudah menyelesaikan masa lebih dari 6 detik
untuk berpikir.. dan selesai pulalah catatan
seputar stimulus, nilai, respons, dan paradigma.

Nah, bagaimana paradigma Anda, seperti selebritis
yang berkata 'see.. I have yours'?? --
Kalau karyawan itu berkata begitu, sebagai suami
saya hanya bisa tersenyum, 'she's been never meant
to be mine anyway ...'


No comments: