sepanjang jalan boulevard menuju hypermart sore
hari yang panas, lita habiskan dengan dua lagu
ini, berulang-ulang kali.
bukannya ku tak percaya
bukannya ku tak bersyukur
atas yang ku terima
selama ini dari kamu
sungguh ku hanya berharap
kalau ku satu-satunya
manusia di hatimu
yang kau cintai selamanya
do you really love me
jangan marah padaku
wajarku ku ingin tahu
seberapa kau cintaiku
semua karena hatiku
hanya bisa untukmu
ku hanya memastikan
do you really love me?
lita menarik nafas panjang dan menghembuskan
dengan sangat kuat, seakan dia membuang
batu besar yang menghimpit dadanya seminggu
ini. dia ingat apa yang telah dituliskan
dalam diarinya hari itu...
bagaimana saya tahu kamu sungguh mencintaiku,
jika yang kulihat adalah pengkhianatanmu.
bagaimana saya bisa mempercayaimu,
jika yang kudengar adalah kau memuja wanita lain.
bagaimana pula saya yakin kau hanya untukku,
jika aku tau kamu mulai cemburu pada orang lain,
bukan lagi padaku.
afgan bilang:
cintaku bukanlah cinta biasa
jika kamu yang memiliki
dan kamu yang temaniku
seumur hidupku...
lita begitu ingin berteriak, saya juga sama!
cinta yang kupunya sejak awal hanya untuk dia.
cinta ini jadi tidak seperti cintaku yang
sebelumnya hanya karena dia. kepada dialah
saya berharap, hidupku akan berakhir lebih
sempurna daripada sebelumnya.
saya ingin dia tahu, dia adalah spesial.
sama seperti cinta yang saya simpan selalu,
untuk dirinya.
air mata lita berlomba turun,
jika hujan di kaca mobil ada wipernya,
ini air di wajah lita tidak ber-wiper.
(bayangkan wiper wajah mo ditaro di mana?)
ternyata selama ini saya keliru.
perih... seakan-akan hilang kekuatanku,
bahkan saya tidak lagi mampu untuk berdiri.
lita merenungi tulisan diarinya.
apakah saya terlalu banyak dosa, sehingga saya
selalu diberikan laki-laki laksana dewa? saya kira
mereka dikirimkan untuk menolong saya, mengasihi saya.
apakah ada yang salah?
yang pertama, bagai dewa dia menolong
perempuan lain. ternyata akhirnya dia
tertipu mentah-mentah. perempuan yang telah
ditolong itu ternyata hanya ingin memerasnya.
yang kedua, dewa lainnya. memang dia pernah
mencoba menjadi dewa bagi seorang yang hunting suami
supaya anaknya punya nama keluarga, yang kemudian
ternyata menipunya mentah-mentah.
dewa inilah yang saya kira telah membawaku keluar
dari kesedihanku, ternyata juga memboyong wanita-wanita
lain dalam hidupnya bersamaku.
kisah ini belum selesai, hujan badai besar
melanda perjalanan pulang dari hypermart.
masih dengan alunan afgan -
cintaku bukanlah cinta biasa,
jika kamu yang memiliki.
dan kamu yang temaniku
seumur hidupku.
sambil memegang erat setir di depannya,
lita berbisik lirih:
saya sungguh ingin dia tahu, jika cinta ini
bukan miliknya, maka cinta ini hanyalah
cinta yang biasa. mengapa seorang dewa bisa
begitu gegabah? bukankah dialah sang dewa?
ketika tadi malam lita berbicara dengan sang
dewa, hatinya makin tersayat, semakin perih,
ketika sayup-sayup dia mendengar, bait demi
bait afgan mengalun dari dunia sang dewa,
menutup alunannya yang sama -
apakah kau benar mencintaiku?
mengapa hatiku masih perih, jika kami tidak
ditakdirkan bersama? mengapa kita harus
mendengarkan lagu-lagu yang sama? bukankah
seharusnya kita ini berbeda? ....
25 oct 2010 1:54 dini hari
No comments:
Post a Comment