Thursday, September 25, 2008

sebutir telur, selembar sirih dan sebuah paku

melihat istrinya, putri banyu mustari, menangis,
paduka kodung menjelaskan ia akan membawa serta
permaisurinya bersama anak ke negeri daratan,
kerajaan bankule rajank.

lama mereka berdua terdiam, hanyut dengan perasaan
masing-masing, akhirnya putri banyu angkat bicara,
"maafkan saya baginda, tapi adinda dan anak-anak
tidak dapat ikut menemani ke negeri daratan," tukas
putri dengan suara pelan.

dengan terkejut, paduka kodung menanyakan alasan
istri tercintanya. "kenapa adinda?" tanyanya.
putripun mengatakan bahwa kerajaan daratan bukan
dunia mereka, dan mengharap baginda mau mengerti.

mengetahui hal itu, raja kemudian mendekap istrinya,
kemudian berbisik, "aku sangat menginginkan adinda
ikut serta, namun kanda menghargai keputusan putri,"
tutur raja kodung.

sambil menggenggam tangan suaminya, putri banyu,
mengingatkan jika raja kodung berangkat ke daratan,
maka raja tidak akan dapat bertemu putri lagi.
kecemasan tersirat di wajah raja, ia menanyakan
bagaimana bila dirinya rindu dan ingin bertemu putri
banyu beserta anaknya.

"jika muncul kerinduan baginda, kepada dinda dan
anak-anak, maka lemparlah sebutir telur mentah,
sebatang paku, sebuah kemiri, selembar sirih seleke,
sejemput berteh padi, dan beras kuning yang dilumuri
minyak wangi, ke sungai mempawah, maka kami akan
muncul," jelas putri, menatap erat wajah suaminya.

akhirnya dengan izin putri banyu mustari, berangkatlah
raja kodung ke negeri bangkule rajank. ketika akan
berpisah, sang istri berpesan,"bila muncul buaya
kuning di sungai mempawah, hendaklah keturunan baginda
jangan mengganggunya, karena sesungguhnya buaya itu
adalah keturunan dari perkawinan kanda dan adinda,"
terangnya.

(demikianlah sepenggal cerita tentang sungai mempawah,
kalimantan barat, yang terkenal dengan buaya kuningnya)

No comments: