Friday, May 16, 2008

janji dan komitmen, bisakah saya?

selama memberikan serial training sejak akhir
april di balikpapan dan pekanbaru, selalu saya
tutup dengan minta partisipan mengisi satu
kebiasaan yang masih dirasa kurang dan bisa
diubah menjadi kebiasaan yang lebih baik, demi
teamwork maupun untuk personal.

lebih lanjut saya katakan, semua yang ditulis
itu adalah komitmen, bukan janji. saya tidak
minta banyak, saya hanya minta fokus pada 1 hal
baik yang bisa diterapkan mulai saat itu. selalu
ada partisipan yang bertanya, apa bedanya janji
dan komitmen?

a promise is a statement which you make to
a person in which you say that you will
definitely do something or give them something.

a commitment is something which regularly takes
up some of your time because of an agreement
you have made or because of responsibilities
that you have.

jika dibaca dari dua definisi di atas, yang
menambah bobot komitmen adalah adanya kesepakatan
serta tanggungjawab dalam kesepakatan itu.

somehow, komitmen seharusnya adalah janji dengan
bobot tertinggi yang tidak boleh dilanggar. tapi
arti dua kata ini mungkin bisa berbeda bagi orang
lain. sejak dulu, saya telah berprinsip bahwa
komitmen menempati urutan lebih tinggi daripada
janji. dengan demikian, saya mencoba selalu
aware ketika saya musti ber'janji', dan lebih
ekstra hati-hati lagi jika saya akan 'commit'.

mungkin hidup yang selalu menarik saya kembali
untuk memegang arti janji dan komitmen sehingga
tidak mudah bagi saya untuk mengatakan, baik -
saya janji, apalagi untuk mendengar saya katakan
saya akan membuat komitmen. menurut saya, jika
kita meng'agung'kan sebuah arti 'janji dan
komitmen' - setidaknya, kita berlatih semakin
aware dan menempatkan hal itu menjadi sesuatu
yang sakral, sehingga tidak mudah kita berjanji
dan semakin tidak mudah untuk melanggar. kita
semakin aware bahwa kita bertanggungjawab kepada
pihak lain yang kita janjikan, yang kita commit.

bicara mengenai janji dan komitmen, sekaligus
saya menyentuh sebuah pernyataan, bahwa:
hendaknya tanggungjawab terhadap janji dan
komitmen dimulai dari hal kecil. jika untuk
menjaga janji dan komitmen 'kecil' itu selalu
perlu eksistensi pihak lain, bagaimana kita
minta dipercaya untuk bisa menjaga komitmen
yang lebih mulia dan jauh lebih besar?

menurut saya, kepercayaan tidak bisa diminta.
kepercayaan akan tumbuh bersama dengan waktu.
ketika waktu membawakan bobot tanggungjawab
atas janji dan komitmen, di situlah kepercayaan
akan tumbuh dengan sendirinya.

dan percayalah... untuk menumbuhkan kepercayaan,
butuh waktu yang panjang karena kita bicara
mengenai kualitas, bukan hanya kuantitas.

[dan] percaya dan percayalah...
untuk mendapatkan kepercayaan saja butuh waktu
lama, apakah kita anggap bisa dengan mudah
mendapatkan kepercayaan yang telah pupus semudah
kita memupuk kepercayaan waktu pertama kali?

sebaiknya memang kita perlu berpikir berulang
kali sebelum kita melanggar janji dan komitmen.
terlebih lagi, apakah kita mempunyai kualitas
dan tanggungjawab untuk bisa berjanji dan commit
akan janji tersebut.

perlu orang biasa dengan niat luar biasa untuk
bisa selalu menepati apa yang telah dijanjikan.
perlu orang dengan kualitas luar biasa untuk
mempunyai niat luar biasa agar bisa menjaga
komitmen yang telah diberikan.

bisakah saya?

No comments: